Kita saling kenal sudah cukup
lama. Terhitung sejak usia setingkat sekolah dasar, kita sudah bermain
bersama-sama. Persahabatan yang terjalin diantara kita, kurasa melebihi dari
sekedar seorang sahabat. Aku menilainya bahkan melebihi
persaudaraan antara dua orang kakak beradik. Begitulah bentuk relasi yang aku
rasakan, yang terjadi antara aku dan kau.
Relasi dua orang yang melebihi sekedar
sahabat itu, tercipta oleh karena satu dan lain hal, yang memungkinkan kita
untuk lebih sering berinteraksi. Salah satunya adalah karena ibuku dan ibumu
memiliki kebiasaan yang sama, yakni sama-sama suka makan sirih.
Kamu tidak pernah mau tau situasi dan
kondisi saudaramu, yang sebelumnya memperhatikanmu. Begitu cepatnya kamu lupa,
bagaimana aku dan keluargaku memberi perhatian kepadamu, saat kamu ditimpa
kesulitan. Semua hal baik yang aku lakukan sebelum ini, seperti berlalu begitu
saja, tanpa ada sisa walaupun hanya sedikit.
Sepanjang aku mengenalmu, apalagi setelah
aku dan kamu terikat oleh sebuah tali kekerabatan, aku merasa hubungan itu tak
pernah menguntungkan aku. Tetapi hal itu tidak menjadi soal bagiku, asal saja
hubungan kekerabatan itu boleh kita jaga bersama. Membangun silaturahmi
denganmu, aku selalu berada pada pihak yang rugi. Itupan tidak jadi masalah
bagiku, asal saja kamu mengerti arti dari sebuah hubungan saudara.
Cobalah kamu mengingat dan mengenang sejarah hidup antara kamu dan aku. Dan sesekali sebaiknya kamu berhitung, agar kamu boleh merasakan sebenarnya apa yang sudah terjadi diantara kita berdua. Sungguh. Perbuatanmu kepadaku sudah tidak pantas lagi untuk disebut hubungan saudara. Kamu sudah keluar dari koridor persaudaraan itu, dan memperlakukan aku seperti orang yang sama sekali tidak pernah ada di dalam hatimu.
Sejak usia kita muda belia, kau dan aku sudah saling kenal. Bahkan oleh karena kebiasaan yang sama pada ibu kita masing-masing, persahabatan antara kau dan aku terasa lebih daripada sekedar persahabatan semata. Semakin hari persahabatan kita terus berkembang, hingga aku menempatkanmu pada kadar yang sama seperti saudara seibu, sehingga setiap siapa yang menyakitimu, naluriku segera berontak dan melawan mereka dalam upaya untuk melindungimu.
Perilakumu yang selalu dikuatkan istrimu, sesungguhnya membuatku sangat menderita. Tindakanmu yang selalu menomor duakan aku dalam segala hal, membuat reputasiku jatuh dimata masyarakat. Bagaikan sedang melakukan kampanye, kamu dan istrimu dengan sangat giat meniupkan issue negatif tentang aku, sehingga opini masyarakat kemudian menilai aku dari perspektif yang buruk. Kamu sangat bertanggung jawab untuk kasus ini.
SEMOGA KAMU SEGERA MENDAPAT HIDAYAH DARI
TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar